BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Leaching merupakan salah satu unit operasi yang sudah lama dipakai dalam
industri kimia. Leaching dalam industri kimia memegang peranan penting terutama
dalam satu unit pemisah, misalnya untuk memisahkan gula dari bit dengan memakai
air panas, pengambilan minyak sayur dari biji-bijian seperti kedelai dengan
memakai pelarut organik dan juga banyak lagi pada produk farmasi yang
didapatkan dari akar-akaran dan daun-daunan. Definisi leaching adalah proses
pemisahan zat padat dengan menggunakan pelarut zat cair pada percobaan ini,
campuran padatan yang dipisahkan adalah campuran garam dapur (NaCl) dengan
pasir sedangkan pelarutnya adalah aquadest. Campuran garam dapur dan pasir ini
mempunyai sifat berpori-pori, sehingga partikel-partikel garam yang larut dalam
aquadest mudah keluar dari pori-pori pasir dan tidak memerlukan pengadukan.
Syarat dari pelarut adalah melarutkan salah satu konstituen dari campuran
padatan yang dipisahkan. Dalam percobaan ini dipakai pelarut aquadest karena
aquades merupakan pelarut garam dapur yang baik dan tidak melarutkan pasir.
- Tujuan Percobaan
1. Mempelajari hubungan antara kadar garam (NaCl) dalam
larutan dengan waktu leaching
2. Mempelajari hubungan antara persentase garam (%NaCl) yang
terekstraksi terhadap garam mula-mula (effisiensi leaching) dengan waktu
leaching.
3. Menentukan koefisien transfer massa pada proses leaching.
- Tinjauan Pustaka
Leaching atau ekstraksi zat padat (solid extraction) merupakan suatu proses
pemisahan fraksi padat yang diinginkan dari fraksi padat yang lainnya dalam
suatu campuran padat-padat, dengan menggunakan solvent cair. Dalam hal ini
fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam soventn sedangkan fraksi
padat lainnya tidak larut.
Untuk
memisahkan komponen dari campuran zat padat atau zat cair, ada beberapa metode
yang dapat dilakukan yang digolongkan pada dua kategori, yaitu:
1. leaching atau ekstraksi zat padat (solid extraction),
yaitu digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan
zat padat yang tidak dapat larut.
2. ekstraksi zat cair (liquid extraction), yaitu digunakan
untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur dengan menggunakan suatu
pelarut yang melarutkan salah satu dalam campuran tersebut.
Leaching tidak
banyak berbeda dari pencucian zat dari hasil filtrasi. Dalam leaching,
kuantitas zat mampu larut (soluble) yang dikeluarkan biasanya lebih banyak bila
dibandingkan dengan pencucian filtrasi biasa, dan sifat-sifat zat padat mungkin
mengalami perubahan dalam operasi leaching. Umpan yang berbentuk kasar, keras
dan butiran-butiran besar mungkin akan terdisintegrasi menjadi bubur atau
lumpur, bila bahan mampu larut yang terkandung didalamnya dikeluarkan. (Mc. Cabe, 1990)
Dalam proses leaching dapat dijumpai dua tahap yaitu :
1. Terjadinya kontak antara zat padat dengan zat padat yang
akan di pisahkan, sehingga akan terjadi perpindahan massa dari butiran zat
padat ke zat pelarut.
2. Pemisahan yang akan menghasilkan suatu larutan yang
merupakan residu campuran padatan.
Makin luas
permukaan bidang kontak antara solid dengan solvent maka solid yang
terekstraksi akan lebih banyak atau proses leaching akan berjalan baik.
Leaching dapat dilakukan secara batch dan kontinyu. Pada umumnya leaching
mempunyai tiga langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Pencampuran zat padat dengan campuran yang akan di
pisahkan dari zat penyusun.
2. Penambahan zat terlarut pada langkah pertama yang
menyebabkan fase campuran yang sempurna sehingga perpindahan massa dan panas
berlangsung baik.
3. Pemisahan kedua fase yang telah membentuk kesetimbangan.
Agar proses
leaching dapat berjalan dengan baik, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Campuran padatan harus mempunyai densitas yang lebih
besar dari pada solvent.
2. Campuran padatan bersifat selektif permiabel aktif
sehingga terjadi kontak antara solvent yang membawa partikel-partikel.
3. Campuran padatan mempunyai permukaan aktif sehingga
terjadi kontak antara solvent dan padatannya.
4. Partikel yang akan dipisahkan harus bisa keluar dari
pori-pori dan dapat larut dalam solvent.
5. Solvent harus merupakan cairan yang hanya dapat
melarutkan konstituen yang dikehendaki saja.
Sebelum proses
leaching dilakukan, terlebih dahulu harus diperhatikan sifat-sifat fisika dan
kimia dari bahan yang digunakan sebagai umpan. Hal ini diperlukan untuk
keperluan dalam menentukan jenis solvent dan macam peralatan yang digunakan.
Maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan alat dan demi kelancaran proses.
Disamping itu, faktor lain yang mempengaruhi jalannya proses adalah faktor
tekanan dan suhu., terutama pada proses kelarutan solute. Sebenarnya pengaruh
tekanan pada proses kelarutan solute adalah kecil dan dapat diabaikan, kecuali
pada tekanan tinggi.
Pelarut yang
digunakan tergantung dari bahan padat yang akan diekstraksi, karena pada bahan
itu terdapat zat dapat larut juga yang tidak dapat larut. Dengan mengetahui
sifat dari bahan yang akan dipisahkan, maka dapt dipilih pelarut yang sesuai.
Proses pelarutan pada temperatur tinggi akan mempercepat pelarutan solute dalam
solventnya. Pada temperatur tinggi, viskositas zat menjadi rendah dan
difusivitas zat menjadi besar. Hal ini sangat menguntungkan karena mempercepat
pemisahan.(Treybal, R.E.,1960)
Dalam proses laeching ini, metode
operasinya sangat sederhana karena dilakukan single stage operation dengan
anggapan proses berjalan stedy state. Keadaan ini dapat digunakan dengan
mengadakan kontak fase antara campuran zat dan solventnya sehingga memperoleh
kesetimbangan fase. Selain membutuhkan waktu yang lama, cara ini juga
memberikan produk yang terlalau sedikit, sehingga tidak banyak digunakan. Yang
banyak digunakan adalah cara multi stage operation karena operasinya lebih
sempurna dan produk yang dihasilkan lebih banyak. (Brown,G.G.,1978)
Kecepatan Leaching (Laju Leaching)
Apabila suatu bahan akan
dipisahkan dari padatan menuju pelarut, maka kecepatan transfer massa dari
permukaan zat padat menuju cairanadalah faktor kontrol. Hal ini sesungguhnya
tidak berlawanan atau berbeda dalam fase padat, jika bahan tersebut adalah
suatu bahan murni. Persamaan ini akan diperoleh jika terjadi sistem batch.
Kecepatan transfer massa zat
terlarut A yang akan dipisahkan terhadap larutan dengan volume (m3)
adalah
Na/A = KL (CAS-CA)
Neraca massa zat x pada cairan disekitar alat ektraktor
proses dapat dinyatakan dengan :
dengan mengintegralkan dari K = 0 → K = t dan CA
= CA0 → CA = CA
hal ini diasumsikan :
1. Ukuran benda padat berpori tetap
2.Luas permukaan kontak tiap satuan volume padatan
tetap-nilai [AKl/V] di dapat dengan
membuat grafik hubungan antara :
BAB
II
|
PELAKSANAAN PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
1. Alat-alat
yang digunakan : 2. Bahan yang digunakan :
a. Timbangan a. NaCl (garam
dapur )
b.Gelas
arloji b. Pasir
c. Piknometer c. Aquades
d. Kertas saring
Gambar Rangkaian alat:
Gambar 1. Rangkaian alat ekstraksi leaching
Keterangan alat :
1. Pemanas 7. Penjepit
2. Termometer 8. Tabung pemanas
a. titik
didih 9. Pompa vakum
b. titik embun 10.Statif
3. Labu leher
tiga 11.Labu penampung
4. Isolasi
5. Pendingin
6. Tabung pengaman
B. Cara Kerja
1. Menera piknometer
2. Menimbang pasir dan garam dapur dengan berat masing-masing
25 gram
dan 20 gram.
3. Mencampur pasir dan garam dapur dan membungkus dengan
kertas saring dan mengukur diameternya selanjutnya memasukkan kedalam tabung
sampel.
4. Mengisi labu leher tiga dengan aquades dengan volume 250 ml.
5. Menghidupkan pemanas dan pendingin sampai aquades
mendidih dan menguap hingga uap melewati pendingin dan mengembun.
6. Mencatat titik embun dan titik didih dan mencatat waktu
mula-mula leaching (t = 0) pada saat embun atau tetesan pertama menetes kedalam
tabung sampel
7. Mematikan pemanas pada selang waktu 5 menit.
8. Mengalirkan larutan garam yang terekstraksi kedalam labu
leher tiga dengan membuka kran penjepit lalu menutup kran kembali.
9. Menghidupkan pompa vakum untuk menghisap ekstrak yang
masih tertinggal sampai tidak ada lagi ekstrak yang keluar dari tabung sampel.
10. Mengambil larutan
garam dari labu leher tiga secukupnya
dan didinginkan lalu memasukkan dalam piknometer pada suhu sesuai dengan suhu
peneraan piknometer dan menimbang untuk mengetahui berat larutan.
11. Mengukur rapat massa atau densitas larutan
garam.
12. Mengulangi percobaan mulai dari langkah 5 sampai didapatkan 5 data percobaan.
C. Analisa Perhitungan
a. Perhitungan untuk peneraan piknometer
Suhu aquadest : t °C
Berat piknometer kosong : a gr
Berat piknometer + aquadest : b gr
Berat aquades : (b-a) gr
Densitas aquadest pada suhu t oC : c gr/ml
Volume aquadest = volume piknometer : (b-a)/c ml
b. Perhitungan untuk mencari densitas larutan
garam
Berat
piknometer kosong :
a gr
Berat
larutan garam + piknometer :
d gr
Berat
larutan garam :
(d-a) gr
Densitas
larutan garam :((d-a)c)/(b-a) gr/ml Perhitungan
mencari berat larutan garam
volume
larutan garam – volume aquades = z ml
berat
larutan garam =
(z) x ρlarutan garam
d. Perhitungan mencari kadar NaCl
dihitung dengan korelasi antara
densitas, suhu dan kadar NaCl (data tabel
korelasi 3-121, hal 3-94, perry).
e. Perhitungan
mencari effisiensi leaching
Garam terekstraksi =(berat larutan) (kadar NaCl )
Effisiensi leaching = (garam terekstraksi/ garam mula-mula) x 100%
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G., 1973,”Unit Operation”, 3rd edition, Jhon Willey and
sons, Inc., New York.
Perry, J.H., 1984,”Cheemical Engineering Hand Book”, 6th edition, Mc Graw Hill Book Company, New
York.
Poerodiprojo, S.Ir., 1980,”Diktat Operasi Teknik Kimia”,Fakultas Teknik
UGM,Yogyakarta.
Treyball, 1981,”Mass Transfer Operation”, 3rd edition, Mc Graw Hill Book
Company, New York.
Brown, G.G., 1973,”Unit Operation”, 3rd edition, Jhon Willey and
sons, Inc., New York.
Perry, J.H., 1984,”Cheemical Engineering Hand Book”, 6th edition, Mc Graw Hill Book Company, New
York.
Poerodiprojo, S.Ir., 1980,”Diktat Operasi Teknik Kimia”,Fakultas Teknik
UGM,Yogyakarta.
Treyball, 1981,”Mass Transfer Operation”, 3rd edition, Mc Graw Hill Book
Company, New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar